Sistem Transmisi Otomatis

Transmisi Otomatis

A. Indikator Kompetensi
  1. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
  2. Toleran terhadap proses pemecahan masalah dan kreatif.
  3. Menggunakan alat dan memasang, menguji, dan memperbaiki sistem transmisi otomatis.
  4. Terlibat aktif dalam pembelajaran pemasangan, pengujian, dan memperbaiki sistem penerangan.


B. Tujuan Pembelajaran
  1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajran dan diskusi kelompok
  2. Bertanggung jawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik.
  3. Dapat menjelaskan langkah-langkah melepas pemasangan, pengujian, dan memperbaiki sistem transmisi otomatis
  4. Menjelaskan sistem transmisi otomatis
C. Pembahasan

BASIC TRANSMISI OTOMATIS


BAGIAN-BAGIAN DALAM TRANSMISI OTOMATIS



a. Pengertian Transmisi otomatis

         Transmisi otomatis adalah transmisi yang melakukan perpindahan gigi percepatan secara otomatis. Untuk mengubah tingkat kecepatan pada sistem transmisi otomatis ini digunakan mekanisme gesek dan tekanan minyak transmisi otomatis. Pada transmisi otomatis roda gigi planetari berfungsi untuk mengubah tingkat kecepatan dan torsi seperti halnya pada roda gigi pada transmisi manual.


b. Mode transmisi otomatis

        Transmisi otomatik dikendalikan dengan hanya menggerakkan tuas percepatan ke posisi tertentu. Posisi tuas transmisi otomatik disusun mengikut format P-R-N-D-3-2-L, sama ada dari kiri ke kanan ataupun dari atas ke bawah. Mesin hanya bisa dihidupkan pada posisi P ataupun N saja.
Umumnya moda transmisi otomatik adalah seperti berikut:

  • P (Park) adalah posisi untuk kendaraan parkir, Transmisi terkunci pada posisi ini sehingga kendaraan tidak bisa didorong.
  • R (Reverse) adalah posisi untuk memundurkan kendaraan.
  • N (Neutral) adalah posisi gir netral, hubungan mesin dengan roda dalam keadaan bebas.
  • D (Drive) adalah posisi untuk berjalan maju pada kondisi normal.
  • 2/S (Second) adalah posisi untuk berjalan maju di medan pegunungan .
  • 1/L (Low) adalah posisi maju pada gir ke satu, hanya digunakan pada saat mengendarai pada medan yang sangat curam.


Sedangkan opsionalnya adalah :

  • 3 adalah posisi untuk berjalan maju dan transmisi tidak akan berpindah pada
  • Posisi gir atas.
  • O/D (Over Drive) adalah posisi supaya perpindahan gir pada transmisi terjadi pada putaran mesin yang lebih tinggi


c. Jenis-jenis transmisi otomatis.
Transmisi otomatis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
• Automatic transaxle, digunakan untuk kendaraan FF (Front-engine, Front-wheel-drive).
• Automatic transmission, digunakan untuk kendaraan FR (Front-engine, Rear-wheel-drive)






d. Komponen dan fungsi transmisi otomatis, yaitu :

1.Planetary gear unit
Planetary gear unit dipakai untuk menaikan dan menurunkan momen mesin, menaikan dan menurunkan kecepatan kendaraan, di pakai untuk memundurkan kendaraan dan dipakai untuk bergerak maju. Pada dasarnya planetary gearunit dipakai mesin untuk menghasilkan tenaga dan menggerakan kendaraan dengan beban yang berat dengan tenaga yang ringan. 

Hubungan antara kecepatan dan momen mesin dapat di jelaskan sebagai berikut:

Pada saat kendaraan berhenti dan mau berjalan dibutuhkan momen yang besar, dan pada posisi ini dibutuhkan gigi yang rendah untuk menggerakan kendaraan. Akan tetapi pada kecepatan yang tinggi maka akan dibutuhkan gigi yang tinggi dan momen yang kecil untuk menjaga laju kendaraan.


Berikut ini adalah bagian-bagian dari planetary gear unit:


gambar. Planetary gear unit

Planetary gear memiliki tiga tipe gigi cincin, gigi pinion, sun gear dan planetary carrier.


Planetary carrier dihubungkan dengan poros tengah tiap gigi pinion dan membuat gigi pinion berputar. Gigi-gigi pada planetary carrier berhubungan satu sama lainnya.

Gigi pinion mempunyai prinsip kerja menyerupai planet yang berputar di sekeliling matahari. Oleh karena itu, disebut planetary carrier. Biasanya, planetary carrier dikombinasikan dalam unit planetary carrier.

Penggantian input pada planetary carrier, output, dan elemen tetap, memungkinkan untuk deselerasi, mundur, hubungan langsung dan akselerasi.


2. Torque conventer

Torque converter di pasang pada input shaft dari transmisi otomatis. Pada bagian ini juga terdapat ring gear yang berfungsi sebagai gigi yang berhubungan dengan drive pinion motor starter untuk menghidupkan mesin.

gambar. potongan torque conventer

Fungsi dari torque converter adalah :

1. Melipat gandakan momen yang dihasilkan oleh mesin.
2. Menjadi kopling otomatis yang mengirimkan momen mesin menuju ke transmisi.
3. Menyerap getaran mesin.
4. Melembutkan putaran mesin.
5. Sebagai pompa oli ke hidraulic control system.

Torque converter berisi minyak transmisi otomatis dan mengirimkan tenaga putar dari mesin menuju ke transmisi. Komponen utama dari torque conveter adalah pump impeller, turbine runner, dan stator.

Bagian ini juga dihubungkan langsung dengan pompa oli yang selalu menghasilkan tekanan yang di pakai pada hidraulic control unit pada saat mesin dihidupkan. Pada saat kendaraan di derek dan roda yang berhubungan dengan drive axle, output shaft dan intermediate shaft serta bearing tidak terdapat pelumasan. Hal ini sangat berbahaya jika kendaraan di derek pada jarak yang jauh atau pada kecepatan yang cukup tinggi.

a. Pump impeller

Pump impeller disatukan dengan converter case dan converter case dihubungkan ke poros engkol melalui drive plate, ini berarti pump impeller akan berputar saat poros engkol berputar. Pump impeler berfungsi untuk melemparkan fluida (ATF) ke turbine runner agar turbine runner ikut berputar. Pump impeller terdiri dari vane dan guide ring. Guide ring berfungsi untuk membentuk celah yang memperlancar aliran minyak.

b. Turbine runner

Turbine runner dihubungkan dengan over drive input shaft transmisi, ini berarti turbine runner berfungsi untuk menerima lemparan fluida dari pump impeller dan memutarkan over drive input shaft transmisi. Turbine runner terdiri dari vane dan guide ring. Arah vane pada turbine runner berlawanan dengan vane pump impeler.

c. Stator

Stator ditempatkan di tengah-tengah antara pump impeller dan turbine runner. Dipasang pada poros stator yang diikatkan pada transmission case melalui one way clutch. Stator berfungsi mengarahkan fluida dari turbine runner agar menabrak bagian belakang vane pump impeller, sehingga memberikan tambahan tenaga pada pump impeller.

One way clutch memungkinkan stator hanya berputar searah dengan poros engkol. Oleh karena itu, stator akan berputar atau terkunci tergantung dari arah dorongan minyak pada vane stator.






gambar. konstruksi pump impeller,stator, dan turbine runner


3. Hydraulic control unit.
Hydraulic control system merubah beban mesin (sudut pembukaan throttle valve) dan kecepatan kendaraan menjadi bermacam-macam tekanan hidrolik yang akan menentukan shifting.
Sistem ini terdiri dari oil pump, governor valve, dan valve body. Oil pump drive gear berhubungan dengan pump impeller pada torque converter dan selalu berputar dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan mesin. Governor valve digerakkan oleh drive pinion dan mengubah putaran (kecepatan) drive pinion shaft menjadi hydraulic signal yang dikirimkan ke valve body. Valve body menyerupai jalan yang berliku-liku, mempunyai jalur-jalur yang banyak sebagai saluran minyak transmisi. Pada jalur-jalur ini dipasang banyak katup yang membuka dan menutup jalur-jalur ini untuk mengirimkan dan menghentikan “hydraulic signal”ke bagian-bagian planetary gear unit.



gambar. hidraulic control unit



4. Pompa oli
mempunyai fungsi membangkitkan tekanan hidrolik. Pompa oli membangkitkan tekanan hidrolik yang diperlukan untuk pengoperasian transaxle otomatis dengan menggerakkan tempat/kotak pengubah tenaga putar (mesin).
gambar. pompa oli

5. Cluch
Kopling-kopling  multiplat  menghubungkan  dua  komponen  berputar  dari  susunan roda gigi planet.  Planetary gear unit  menggunakan  beberapa  kopling multiplat,  yaitu kopling maju  (forward clucth) (C1) dan kopling langsung (direct clucth) dan kopling mundur (reverse clucth) (C2)




6. Brake
berfungsi nahan komponen planetary gear unit agar tidak berputar
Brake atau rem dibagi dua :

1).  Rem-rem multiplat (multiplate brakes)
Mempunyai  fungsi  yang  sama  seperti  pita  rem  dan  dibuat  dengan  cara  yang  sama dengan kopling multiplat. Rem multiplat mengunci atau menahan sebuah  komponen putar dari susunan roda gigi planet ke casing transmisi.

gambar. multiplate brake


2).  Pita rem (brake band)

Pita  rem  ditempatkan  di  luar  sekitar  dari  teromol  kopling  langsung  (direct  clucth  drum).  Salah  satu  ujung  pita  rem  ini  diletakkan  ke  casing  transmisi dengan  sebuah  pena  (pin),  sedangkan  ujung  yang  lain  melekat  dengan  piston rem (brake piston) dimana dioperasikan dengan tenaga hidrolik

cara kerja brake band :
Pada  brake  tipe  brake  band,  brake  band  menjepit  brake  drum  yang dihubungkan  dengan  anggota  planetary  gear  set  sehingga  mencegah  anggota untuk berputar. Ketika tekanan hidrolik dikenakan ke piston, piston bergerak ke kiri  dalam  silinder  piston,  menekan  pegas  bagian  luar  (outer  spring).  Pegas  bagian  dalam  (inner  spring)  memindahkan  gerakkan  ke  batang  piston  (piston rod),  menggerakkan  ke  kiri  dengan  piston,  dan  menekan  salah  satu  pita  rem, mengurangi  pertautan  pita.  Ketika  pegas  bagian  dalam  menekan,  piston berhubungan  langsung dengan bahu batang  piston  dan gaya gesek yang tinggi ditimbulkan antara pita rem dan teromol. Karena ujung yang lain  dari pita rem  tetap pada  casing  transmisi dan  diameter pita berkurang. Pita rem mengklaim  dengan  keras  teromol,  memegang  agar  tidak  dapat  bergerak,  dimana  menyebabkan teromol dan susunan dari roda gigi planet dibuat tetap ke  casing transmisi.  Ketika  fluida  bertekanan  dibuang  dari  silinder,  piston  dan  batang  piston didorong kembali oleh pegas sehingga teromol terbebas dari pita rem.


gambar. brake band

e. Prinsip pemindahan tenaga

Bila kita memasang dua buah kipas angin A dan B berhadapan satu sama lain, kemudian kipas angin A dihidupkan, maka kipas angin B akan ikut berputar dengan arah yang sama. Ini terjadi karena aliran udara dari kipas angin A membentur daun (vane) kipas angin B dan selanjutnya kipas angin B akan terbawa berputar. Dengan kata lain, terjadi pemindahan tenaga dari kipas angin A ke kipas angin B melalui angin sebagai perantara.

Torque converter bekerja dengan cara yang sama, pompa impeller memainkan peranan kipas A dan turbine runner sebagai kipas B. perantaranya adalah fluida (ATF).


Dalam keadaan yang sama, pompa impeller diputarkan oleh mesin yang memberikan energy dinamik pada minyak. Karena gaya centrifugal minyak dengan energy dinamik mengalir sepanjang permukaan kurva pompa impeller dan keluar dari bagian tengah kebagian luar dengan kecepatan yang tinggi, dan dengan sudut yang tertentu mendorong kipas-kipas turbine runner untuk memberikan momen . Momen ini adalah tenaga yang memutarkan turbin sama dengan pompa impeller dan memungkinkan keduanya berputar dalam satu kesatuan. Ini adalah cara kerja kopling fluida.


gambar. prinsip pemindah tenanga menggunakan media kipas



f. prinsip pemberasan momen

Pada kedua kipas yang diceritakan sebelumnya ditambahkan air duct, udara yang mengalir ke kipas B akan dikembalikan ke kipas A dari belakang melaui air duct. Ini akan menyebabkan energi yang tertinggal di udara setelah melalui kipas B akan membantu putaran kipas A. Dalam torque converter, stator berfungsi sebagai air duct.

gambar. prinsip pembesaran momen


g. Penyebab kerusakan transimisi otomatis.

1. Tak memindahkan posisi tuas ke N waktu berhenti lama
Terkadang sopir mobil matic terbuai dengan keringanan yang diberikannya. Terhitung saat berhenti lama di dalam kemacetan atau waktu lampu merah. Keadaan ini bikin transmisi bekerja ekstra, lantaran mesti bekerja disaat suplai angin fresh terbatas. Baiknya, geser posisi tuas ke N saat anda tengah berhenti dengan saat yang kian lebih 60 detik. Hal semacam ini mempunyai tujuan supaya pelumas di transmisi tak meningkat mencolok saat hadapi keadaan seperti itu.

2. Segera tancap gas sesudah memindah tugas ke D
Karena tergesa-gesa, sering ingindara mobil matic segera memindahkan posisi tuas ke D serta mencapai pedal gas saat itu, walau sebenarnya transmisi butuh saat untuk lakukan sistem " Engage " dengan memindahkan desakan fluida ke arah torque conventer. Apabila rutinitas ini tak dihentikan, maka katup solenoid didalam transmisi lebih gampang rusak hingga rusaknya rawan terjadi.

3. Kerap lakukan engin brake berlebihan
Untuk beroleh engine brake, transmisi automatis bisa dipakai pada posisi gigi yang lebih rendah. Tetapi baiknya kerjakan perpindahan pada putaran mesin di bawah 3000 Rpm. Karena, apabila di atas angka itu, mengakibatkan terjadi hard friction yang kurangi usia gunakan dari kopling gesek di dalam transmisi matic.

4. Mesin bekerja diputaran yang cukup tinggi
Untuk memperoleh kekuatan berakselerasi maksimal, putaran mesin juga butuh dijaga. Satu diantaranya dengan mempertahankakn posisi gigi yang pas, supaya mesin bekerja diputaran yang cukup tinggi.
Namun tingkah laku ini tak pas saat kita memakai transmisi matic, lantaran transmisi ini memakai kampas kopling basah, bikin selip jadi benar-benar gampang berlangsung, terlebih apabila pengemudi sering memindahkan posisi tuas transmisi yang berefek pada longgarnya beraring pada mainshaft. Peristiwa ini ditandai dengan tanda-tanda makin lamanya perpindahan pada gigi yang ada. Hal semacam ini cuma dapat berlangsung saat putaran mesin nyaris pada Redline. anjuran saya janganlah kurangi gigi pada waktu putaran tinggi.

5. Perpindahan dari D ke R waktu melaju.
Pengoperasian tuas saat ingindara akan parkir, pasti membutuhkan kecepatan tangan dalam memindahkan tuas. Namun, bila dikerjakan dengan kasar, maka transmisi automatis bisa menyebabkan rusaknya internal ataupun eksternal ditransmisi. Di dalam, rusaknya yang berlangsung pada planetrary gear serta one way clutch. Sesaat komponen di luar transmisi yang dapat dipengaruhi seperti cross joint pada as kopel, engine mounting serta as roda pada penggerak roda depan.

6. Menahan transmisi di posisi gigi 1
Terkadang keperluan engine brake serta performa akselerasi dijalan alami penurunan atau menanjak yang curam membutuhkan transmisi ada di posisi gigi 1. Namun, baiknya keadaan ini cuma dipergunakan saat dibutuhkan saja. Dalam keadaan normal, hal semacam ini butuh dihindari. Karena, beban kopling makin berat, terlebih apabila dilanjutkan dengan perpindahan ke posisi gigi yang lebih tinggi pada transmisi automatis. Di mana tetap memakai katup bikin performa komponen per di balik aktuator piston itu dapat punya masalah disebabkan desakan berlebihan. Hal semacam ini lalu menyebabkan perpindahan jadi tak nyaman atau menyentak. Bila hingga berlangsung, terpaksa mesti lakukan pergantian komponen.


h. Persoalan yang umumnya berlangsung pada pemakai mobil matic

1. Dijalan kencang tiba-tiba lost power (ngedrop)
2. Gigi seperti terkunci di gigi teratas, bila masuk dari N ke D. Walau pedal gas diinjak untuk menggerakan mobil (harusnya mobil matic, saat telah dimasukan ke posisi D maju pelan)
3. Tombol OD (Over Drive tidak berjalan)
4. Telah masuk gigi R, mobil tak mundur
5. Bau terbakar di area transmisi
6. Mobil dipacu pada kecepatan tinggi
7. Sulit oper gigi

i. Kontrol serta penangganan pertama pada transmisi otomatis

1. Reset ECU, bila hasil tetap sama juga atau tetap ada masalah ditransmisi lanjut ke langkah berikutnya.
2. Bersihkan Body Valve pada transmisi matic sekalian ubah oli maticnya. Ingat, ubah oli transmisi sesuai sama dengan spesifikasi dari pabrik, bila hasil tetap sama juga atau tetap ada masalah ditransmisi lanjut ke langkah berikutnya.
3. Menguras oli transmisi, dengan maksud bersihkan kotoran-kotoran yang telah mengendap dikomponen transmisi, diluar itu juga bersihkan kotoran yang menyumbat lubang aliran oli matic. Menguras oli matic ini tak bisa dikerjakan di bengkel sembarangan, soalnya tak seluruhnya bengkel mempunyai alat menguras oli matic namanya (ATF Exchanger), bila hasil tetap sama juga atau masih ada masalah di transmisi maka bawa ke bengkel trasnsmisi matic.



Cara Kerja Transmisi otomatis



Daftar Pustaka 
















Comments

Popular posts from this blog

Tugas dan Materi PKKR (XI TKR)

Rangkaian Lampu Sein/Riting