Sistem Transmisi Otomatis
Transmisi Otomatis
A. Indikator Kompetensi
- Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
- Toleran terhadap proses pemecahan masalah dan kreatif.
- Menggunakan alat dan memasang, menguji, dan memperbaiki sistem transmisi otomatis.
- Terlibat aktif dalam pembelajaran pemasangan, pengujian, dan memperbaiki sistem penerangan.
B. Tujuan Pembelajaran
- Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajran dan diskusi kelompok
- Bertanggung jawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik.
- Dapat menjelaskan langkah-langkah melepas pemasangan, pengujian, dan memperbaiki sistem transmisi otomatis
- Menjelaskan sistem transmisi otomatis
C. Pembahasan
BASIC TRANSMISI OTOMATIS
BAGIAN-BAGIAN DALAM TRANSMISI OTOMATIS
a. Pengertian Transmisi otomatis
Transmisi otomatis adalah transmisi yang melakukan perpindahan gigi percepatan secara otomatis. Untuk mengubah tingkat kecepatan pada sistem transmisi otomatis ini digunakan mekanisme gesek dan tekanan minyak transmisi otomatis. Pada transmisi otomatis roda gigi planetari berfungsi untuk mengubah tingkat kecepatan dan torsi seperti halnya pada roda gigi pada transmisi manual.
b. Mode transmisi otomatis
Transmisi otomatik dikendalikan dengan hanya menggerakkan tuas percepatan ke posisi tertentu. Posisi tuas transmisi otomatik disusun mengikut format P-R-N-D-3-2-L, sama ada dari kiri ke kanan ataupun dari atas ke bawah. Mesin hanya bisa dihidupkan pada posisi P ataupun N saja.
Umumnya moda transmisi otomatik adalah seperti berikut:
- P (Park) adalah posisi untuk kendaraan parkir, Transmisi terkunci pada posisi ini sehingga kendaraan tidak bisa didorong.
- R (Reverse) adalah posisi untuk memundurkan kendaraan.
- N (Neutral) adalah posisi gir netral, hubungan mesin dengan roda dalam keadaan bebas.
- D (Drive) adalah posisi untuk berjalan maju pada kondisi normal.
- 2/S (Second) adalah posisi untuk berjalan maju di medan pegunungan .
- 1/L (Low) adalah posisi maju pada gir ke satu, hanya digunakan pada saat mengendarai pada medan yang sangat curam.
Sedangkan opsionalnya adalah :
- 3 adalah posisi untuk berjalan maju dan transmisi tidak akan berpindah pada
- Posisi gir atas.
- O/D (Over Drive) adalah posisi supaya perpindahan gir pada transmisi terjadi pada putaran mesin yang lebih tinggi
c. Jenis-jenis transmisi otomatis.
Transmisi otomatis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Transmisi otomatis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
• Automatic transaxle, digunakan untuk kendaraan FF (Front-engine, Front-wheel-drive).
• Automatic transmission, digunakan untuk kendaraan FR (Front-engine, Rear-wheel-drive)
d. Komponen dan fungsi transmisi
otomatis,
yaitu :
1.Planetary gear unit
Planetary gear unit
dipakai untuk menaikan dan menurunkan momen mesin, menaikan dan menurunkan
kecepatan kendaraan, di pakai untuk memundurkan kendaraan dan dipakai untuk
bergerak maju. Pada dasarnya planetary
gearunit dipakai mesin untuk menghasilkan tenaga dan menggerakan
kendaraan dengan beban yang berat dengan tenaga yang ringan.
Hubungan antara kecepatan dan
momen mesin dapat di jelaskan sebagai berikut:
Pada saat kendaraan berhenti dan
mau berjalan dibutuhkan momen yang besar, dan pada posisi ini dibutuhkan gigi
yang rendah untuk menggerakan kendaraan. Akan tetapi pada kecepatan yang tinggi
maka akan dibutuhkan gigi yang tinggi dan momen yang kecil untuk menjaga laju
kendaraan.
Berikut ini adalah bagian-bagian
dari planetary gear unit:
gambar. Planetary gear unit
Planetary
gear memiliki tiga
tipe gigi cincin, gigi pinion, sun gear dan planetary carrier.
Planetary
carrier dihubungkan
dengan poros tengah tiap gigi pinion
dan membuat gigi pinion
berputar. Gigi-gigi pada planetary
carrier berhubungan satu sama lainnya.
Gigi pinion mempunyai prinsip kerja menyerupai planet yang berputar
di sekeliling matahari. Oleh karena itu, disebut planetary carrier. Biasanya, planetary carrier dikombinasikan dalam unit planetary carrier.
Penggantian input pada planetary carrier, output,
dan elemen tetap, memungkinkan untuk deselerasi, mundur, hubungan langsung dan
akselerasi.
2. Torque conventer
Torque converter di
pasang pada input shaft dari
transmisi otomatis. Pada bagian ini juga terdapat ring gear yang berfungsi sebagai gigi yang berhubungan dengan drive pinion motor starter untuk
menghidupkan mesin.
gambar. potongan torque conventer
Fungsi dari torque converter
adalah :
1. Melipat gandakan momen yang
dihasilkan oleh mesin.
2. Menjadi kopling otomatis yang
mengirimkan momen mesin menuju ke transmisi.
3. Menyerap getaran mesin.
4. Melembutkan putaran mesin.
5. Sebagai pompa oli ke hidraulic control system.
Torque
converter berisi
minyak transmisi otomatis dan mengirimkan tenaga putar dari mesin menuju ke
transmisi. Komponen utama dari torque
conveter adalah pump impeller,
turbine runner, dan stator.
Bagian ini juga dihubungkan
langsung dengan pompa oli yang selalu menghasilkan tekanan yang di pakai pada hidraulic control unit pada saat
mesin dihidupkan. Pada saat kendaraan di derek dan roda yang berhubungan dengan
drive axle, output shaft dan intermediate shaft serta bearing tidak terdapat pelumasan.
Hal ini sangat berbahaya jika kendaraan di derek pada jarak yang jauh atau pada
kecepatan yang cukup tinggi.
a. Pump impeller
Pump impeller
disatukan dengan converter case dan converter case dihubungkan ke poros engkol
melalui drive plate, ini berarti pump impeller akan berputar saat poros engkol
berputar. Pump impeler berfungsi untuk melemparkan fluida (ATF) ke turbine
runner agar turbine runner ikut berputar. Pump impeller terdiri dari vane dan
guide ring. Guide ring berfungsi untuk membentuk
celah yang memperlancar aliran minyak.
b. Turbine runner
Turbine runner
dihubungkan dengan over drive input shaft transmisi, ini berarti turbine runner
berfungsi untuk menerima lemparan fluida dari pump impeller dan memutarkan over drive input shaft
transmisi. Turbine runner terdiri dari vane dan guide ring. Arah vane pada
turbine runner berlawanan dengan
vane pump impeler.
c. Stator
Stator ditempatkan
di tengah-tengah antara pump impeller dan turbine runner. Dipasang pada poros
stator yang diikatkan pada transmission case melalui one way clutch. Stator
berfungsi mengarahkan fluida
dari turbine runner agar menabrak bagian belakang vane pump impeller, sehingga
memberikan tambahan tenaga pada pump impeller.
One way clutch memungkinkan
stator hanya berputar searah dengan poros engkol. Oleh karena itu, stator akan
berputar atau terkunci tergantung dari arah dorongan minyak pada vane stator.
gambar. konstruksi pump impeller,stator, dan turbine runner
3. Hydraulic control unit.
Hydraulic control
system merubah beban mesin (sudut
pembukaan throttle valve) dan kecepatan kendaraan menjadi bermacam-macam
tekanan hidrolik yang akan menentukan shifting.
Sistem ini terdiri
dari oil pump, governor valve, dan
valve body. Oil pump drive gear berhubungan dengan pump impeller pada
torque converter dan selalu berputar dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan mesin. Governor valve digerakkan oleh drive pinion dan mengubah
putaran (kecepatan) drive pinion shaft menjadi hydraulic signal yang dikirimkan
ke valve body. Valve body menyerupai jalan yang berliku-liku, mempunyai
jalur-jalur yang banyak sebagai saluran minyak transmisi. Pada jalur-jalur ini
dipasang banyak katup yang membuka dan menutup jalur-jalur ini untuk
mengirimkan dan menghentikan “hydraulic
signal”ke bagian-bagian planetary gear unit.
gambar. hidraulic control unit
4. Pompa oli
mempunyai fungsi
membangkitkan tekanan hidrolik. Pompa oli membangkitkan tekanan hidrolik yang
diperlukan untuk pengoperasian transaxle otomatis dengan menggerakkan
tempat/kotak pengubah tenaga putar (mesin).
gambar. pompa oli
5. Cluch
Kopling-kopling
multiplat menghubungkan dua komponen berputar
dari susunan roda gigi planet. Planetary gear unit
menggunakan beberapa kopling multiplat, yaitu kopling
maju (forward clucth) (C1) dan kopling langsung (direct clucth) dan
kopling mundur (reverse clucth) (C2)
6. Brake
berfungsi nahan
komponen planetary gear unit agar tidak berputar
Brake atau rem dibagi dua :
1). Rem-rem multiplat
(multiplate brakes)
Mempunyai
fungsi yang sama seperti pita rem dan
dibuat dengan cara yang sama dengan kopling multiplat.
Rem multiplat mengunci atau menahan sebuah komponen putar dari susunan roda
gigi planet ke casing transmisi.
gambar. multiplate brake
2). Pita rem (brake band)
Pita
rem ditempatkan di luar sekitar dari
teromol kopling langsung (direct clucth
drum). Salah satu ujung pita rem ini
diletakkan ke casing transmisi dengan sebuah
pena (pin), sedangkan ujung yang lain
melekat dengan piston rem (brake piston) dimana dioperasikan dengan
tenaga hidrolik
cara kerja brake band :
Pada
brake tipe brake band, brake band
menjepit brake drum yang dihubungkan dengan
anggota planetary gear set sehingga
mencegah anggota untuk berputar. Ketika tekanan hidrolik dikenakan ke
piston, piston bergerak ke kiri dalam silinder piston,
menekan pegas bagian luar (outer spring).
Pegas bagian dalam (inner spring)
memindahkan gerakkan ke batang piston (piston
rod), menggerakkan ke kiri dengan piston,
dan menekan salah satu pita rem, mengurangi
pertautan pita. Ketika pegas bagian dalam
menekan, piston berhubungan langsung dengan bahu batang
piston dan gaya gesek yang tinggi ditimbulkan antara pita rem dan teromol.
Karena ujung yang lain dari pita rem tetap pada casing
transmisi dan diameter pita berkurang. Pita rem mengklaim
dengan keras teromol, memegang agar tidak
dapat bergerak, dimana menyebabkan teromol dan susunan dari
roda gigi planet dibuat tetap ke casing transmisi. Ketika
fluida bertekanan dibuang dari silinder,
piston dan batang piston didorong kembali oleh pegas sehingga
teromol terbebas dari pita rem.
gambar. brake band
e. Prinsip pemindahan tenaga
Bila kita memasang
dua buah kipas angin A dan B berhadapan satu sama lain, kemudian kipas angin A
dihidupkan, maka kipas angin B akan ikut berputar dengan arah yang sama. Ini
terjadi karena aliran udara dari kipas angin A membentur daun (vane) kipas angin
B dan selanjutnya kipas angin B akan terbawa berputar. Dengan kata lain,
terjadi pemindahan tenaga dari kipas angin A ke kipas angin B melalui angin sebagai perantara.
Torque converter bekerja dengan
cara yang sama, pompa impeller memainkan peranan kipas A dan turbine runner
sebagai kipas B. perantaranya adalah fluida (ATF).
Dalam keadaan yang sama, pompa
impeller diputarkan oleh mesin yang memberikan energy dinamik pada minyak.
Karena gaya centrifugal minyak dengan energy dinamik mengalir sepanjang permukaan
kurva pompa impeller dan keluar dari bagian tengah kebagian luar dengan
kecepatan yang tinggi, dan dengan sudut yang tertentu mendorong kipas-kipas
turbine runner untuk memberikan momen . Momen ini adalah tenaga yang memutarkan
turbin sama dengan pompa impeller dan memungkinkan keduanya berputar dalam satu
kesatuan. Ini adalah cara kerja kopling fluida.
gambar. prinsip pemindah tenanga menggunakan media kipas
f. prinsip pemberasan momen
Pada kedua kipas
yang diceritakan sebelumnya ditambahkan air duct, udara yang mengalir ke kipas
B akan dikembalikan ke kipas A dari belakang melaui air duct. Ini akan
menyebabkan energi yang tertinggal di udara setelah melalui kipas B akan
membantu putaran kipas A. Dalam torque converter, stator berfungsi sebagai air duct.
gambar. prinsip pembesaran momen
g. Penyebab kerusakan transimisi
otomatis.
1. Tak memindahkan posisi tuas ke N waktu berhenti lama
Terkadang sopir
mobil matic terbuai dengan keringanan yang diberikannya. Terhitung saat
berhenti lama di dalam kemacetan atau waktu lampu merah. Keadaan ini bikin
transmisi bekerja ekstra, lantaran mesti bekerja disaat suplai angin fresh
terbatas. Baiknya, geser posisi tuas ke N saat anda tengah berhenti dengan saat
yang kian lebih 60 detik. Hal semacam ini mempunyai tujuan supaya pelumas di
transmisi tak meningkat mencolok saat hadapi keadaan seperti itu.
2. Segera tancap gas sesudah
memindah tugas ke D
Karena
tergesa-gesa, sering ingindara mobil matic segera memindahkan posisi tuas ke D
serta mencapai pedal gas saat itu, walau sebenarnya transmisi butuh saat untuk
lakukan sistem " Engage " dengan memindahkan desakan fluida ke arah
torque conventer. Apabila rutinitas ini tak dihentikan, maka katup solenoid
didalam transmisi lebih gampang rusak hingga rusaknya rawan terjadi.
3. Kerap lakukan engin brake berlebihan
Untuk beroleh
engine brake, transmisi automatis
bisa dipakai pada posisi gigi yang lebih rendah. Tetapi baiknya kerjakan
perpindahan pada putaran mesin di bawah 3000 Rpm. Karena, apabila di atas angka
itu, mengakibatkan terjadi hard friction yang kurangi usia gunakan dari kopling
gesek di dalam transmisi matic.
4. Mesin bekerja diputaran yang cukup tinggi
Untuk memperoleh
kekuatan berakselerasi maksimal, putaran mesin juga butuh dijaga. Satu
diantaranya dengan mempertahankakn posisi gigi yang pas, supaya mesin bekerja
diputaran yang cukup tinggi.
Namun tingkah laku
ini tak pas saat kita memakai transmisi matic, lantaran transmisi ini memakai
kampas kopling basah, bikin selip jadi benar-benar gampang berlangsung,
terlebih apabila pengemudi sering memindahkan posisi tuas transmisi yang
berefek pada longgarnya beraring pada mainshaft. Peristiwa ini ditandai dengan
tanda-tanda makin lamanya perpindahan pada gigi yang ada. Hal semacam ini cuma
dapat berlangsung saat putaran mesin nyaris pada Redline. anjuran saya
janganlah kurangi gigi pada waktu putaran tinggi.
5. Perpindahan dari D ke R waktu melaju.
Pengoperasian tuas saat ingindara akan parkir, pasti membutuhkan
kecepatan tangan dalam memindahkan tuas. Namun, bila dikerjakan dengan kasar,
maka transmisi automatis bisa menyebabkan rusaknya internal ataupun eksternal
ditransmisi. Di dalam, rusaknya yang berlangsung pada planetrary gear serta one
way clutch. Sesaat komponen di luar transmisi yang dapat dipengaruhi seperti
cross joint pada as kopel, engine mounting serta as roda pada penggerak roda
depan.
6. Menahan
transmisi di posisi gigi 1
Terkadang keperluan engine brake serta performa akselerasi dijalan alami
penurunan atau menanjak yang curam membutuhkan transmisi ada di posisi gigi 1.
Namun, baiknya keadaan ini cuma dipergunakan saat dibutuhkan saja. Dalam
keadaan normal, hal semacam ini butuh dihindari. Karena, beban kopling makin
berat, terlebih apabila dilanjutkan dengan perpindahan ke posisi gigi yang
lebih tinggi pada transmisi automatis. Di mana tetap memakai katup bikin
performa komponen per di balik aktuator piston itu dapat punya masalah
disebabkan desakan berlebihan. Hal semacam ini lalu menyebabkan perpindahan
jadi tak nyaman atau menyentak. Bila hingga berlangsung, terpaksa mesti lakukan
pergantian komponen.
h. Persoalan yang umumnya
berlangsung pada pemakai mobil matic
1. Dijalan kencang tiba-tiba lost
power (ngedrop)
2. Gigi seperti terkunci di gigi
teratas, bila masuk dari N ke D. Walau pedal gas diinjak untuk menggerakan
mobil (harusnya mobil matic, saat telah dimasukan ke posisi D maju pelan)
3. Tombol OD (Over Drive tidak
berjalan)
4. Telah masuk gigi R, mobil tak
mundur
5. Bau terbakar di area transmisi
6. Mobil dipacu pada kecepatan
tinggi
7. Sulit oper gigi
i. Kontrol serta penangganan
pertama pada transmisi otomatis
1. Reset ECU, bila hasil tetap
sama juga atau tetap ada masalah ditransmisi lanjut ke langkah berikutnya.
2. Bersihkan Body Valve pada
transmisi matic sekalian ubah oli maticnya. Ingat, ubah oli transmisi sesuai
sama dengan spesifikasi dari pabrik, bila hasil tetap sama juga atau tetap ada
masalah ditransmisi lanjut ke langkah berikutnya.
3. Menguras oli transmisi, dengan
maksud bersihkan kotoran-kotoran yang telah mengendap dikomponen transmisi,
diluar itu juga bersihkan kotoran yang menyumbat lubang aliran oli matic.
Menguras oli matic ini tak bisa dikerjakan di bengkel sembarangan, soalnya tak
seluruhnya bengkel mempunyai alat menguras oli matic namanya (ATF Exchanger), bila
hasil tetap sama juga atau masih ada masalah di transmisi maka bawa ke bengkel
trasnsmisi matic.
Cara Kerja Transmisi otomatis
Daftar Pustaka
Comments
Post a Comment